Pendahuluan
Di era digital saat ini, anak-anak sangat mudah mengakses berbagai jenis konten melalui gawai. Meski banyak konten edukatif yang bermanfaat, tidak sedikit pula konten negatif yang berpotensi merusak perkembangan anak. Artikel ini mengulas sebuah studi kasus nyata tentang bagaimana paparan konten negatif berdampak pada perilaku dan perkembangan seorang anak usia sekolah dasar.
Latar Belakang Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun di sebuah kota kecil di Indonesia, sebut saja Dimas, mengalami perubahan perilaku drastis dalam beberapa bulan. Awalnya, Dimas dikenal sebagai anak yang aktif, ceria, dan berprestasi di sekolah. Namun, guru dan orang tuanya mulai melihat perubahan, seperti:
-
Menjadi lebih agresif terhadap teman sebayanya
-
Meniru kata-kata kasar yang tidak biasa digunakan di lingkungan rumah
-
Mengalami penurunan fokus saat belajar
-
Menunjukkan ketertarikan pada video dengan adegan kekerasan dan prank ekstrem
Investigasi dan Temuan
Orang tua Dimas, dengan bantuan guru dan psikolog anak, mulai menelusuri penyebab perubahan tersebut. Hasilnya mengarah pada aktivitas Dimas saat menggunakan gadget. Meski orang tuanya mengira anaknya hanya menonton kartun, ternyata Dimas telah menonton berbagai konten di platform video populer, tanpa pengawasan dan fitur kontrol orang tua yang aktif.
Konten yang dikonsumsi antara lain:
-
Video prank berbahaya
-
Konten dengan kata-kata kasar
-
Tayangan yang menormalisasi kekerasan antar anak
-
Animasi buatan komunitas yang menyisipkan unsur horor dan agresi
Dampak yang Teridentifikasi
Berdasarkan observasi dan asesmen psikolog, paparan konten negatif telah memengaruhi aspek-aspek berikut:
- Perilaku Sosial:
Dimas mulai meniru adegan kekerasan dalam bermain, membuat teman-temannya merasa takut. - Bahasa dan Komunikasi:
Kosakata Dimas menjadi kasar dan tidak sesuai usianya. - Emosional:
Ia menjadi mudah marah, kurang sabar, dan enggan mendengarkan nasehat orang dewasa. - Akademik:
Prestasinya menurun karena kurang fokus dan tidur larut malam akibat kebiasaan menonton video secara diam-diam.
Langkah Perbaikan yang Dilakukan
Setelah permasalahan diidentifikasi, orang tua Dimas melakukan langkah-langkah berikut:
-
Mengaktifkan fitur Parental Control di semua perangkat
-
Menyusun jadwal screen time harian dan menggantinya dengan aktivitas fisik
-
Mengedukasi Dimas tentang konten baik dan buruk melalui cerita dan diskusi
-
Mengikuti sesi terapi bermain dengan psikolog anak
-
Melibatkan guru untuk mendampingi proses adaptasi kembali di sekolah
Hasil dan Perubahan
Dalam waktu tiga bulan, perubahan mulai terlihat:
-
Dimas lebih tenang dan kembali menikmati belajar
-
Interaksinya dengan teman membaik
-
Sudah tidak lagi mengonsumsi konten negatif karena ia mulai bisa mengenali risiko sendiri
Kesimpulan
Kasus Dimas menunjukkan bahwa pengawasan orang dewasa sangat penting dalam mendampingi anak menggunakan teknologi. Tanpa pendampingan, anak-anak bisa terpapar konten negatif yang berbahaya bagi tumbuh kembangnya. Orang tua, guru, dan lingkungan perlu bekerja sama memastikan anak-anak hanya mengakses konten yang sesuai dengan usianya dan bernilai edukatif.